Analisis Isi
Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat
inferensi inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu
berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun
nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap
peristiwa komunikasi.
Sebenarnya analisis isi komunikasi amat tua umurnya, setua umur manusia. Namun,
panggunaan teknik ini diintoduksikan di bawah nama analisis isi (content
analysis) dalam metode penelitian tidak setua umur penggunaan istilah tersebut.
Tuanya umur penggunaan analisis isi dalam praktik kehiudupan menusia terjadi
karena sejak ada manusia di dunia, manusia saling menganalisis makna komunikasi
yang dilakukan antara satu dengan lainnya. Gagasan untuk menjadikan analisis
isi sebagai teknik penelitian justru muncul dari orang seperti Bernard Berelson
(1959). Ia telah menaruh banyak perhatian pada analisis isi.
Berelson mendefinisikan analisis isi dengan: content anlysis is a research technique for the objective,
systematic, and quantitative description of the manifest content of
communication. Tekanan Berelson adalah menjadikan analisis isi
sebagai teknik penelitian yang objektif, sistematis, dan deskripsi kuantitatif
dari apa yang tampak dalam komunikasi. Kendatipun banyak kritik yang dapat kita
sampaikan pada definisi Berlson sehubungan perkembangan analisis isi sampai
hari ini, namun catatan mengenai objektif dan sistematik dalam menganalisis isi
komunikasi yang tampak dalam komunikasi, menjadi amat penting utnuk dibicarakan
saat ini.
Analisis isi dapat di pergunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif,
tergantung pada sisi mana peneliti memanfaatkannya. Dalam penelitian
kualitatif, Analisis Isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat keajekan
isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi,
membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam
komunikasi.
Karya-karya besar dalam penelitian kualitatif tentang penggunaan analisis isi
seperti yang dilakukan oleh Max Weber dalam bukunya The proestant ethic dan the
spirit of capitalism. Dalam karya ini Max Weber berusaha menentukan apa yang di
maknakan dengan “Spirit of capitalism” terutapa dari apa yang di tulis oleh
Benyamin Franklik. Namun, Weber lebih banyak bertitik tolak dari kasus-kasus
konkret yang bertujuan untuk menciptakan tipe-tipe ideal (ideal types) dari
sekadar menghasilkan suatu deskripsi objektif dan sistematis dari tulisan
Franklin. Jadi, dalam menyifatkan “Protestan ethic dan spirit of capitalism”,
maka Weber mengkaji isi tulisan Franklin secara ideal. Hal ini dilakukan dengan
sengaja karena Weber tidak percaya bahwa realitas historis adalah seperti yang
dideskripsikan dalam tipe-tipe ideal yang diciptakan, seperti ascetism,
rational organization of labour, dan lainnya.
Selain itu penggunaan analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif
lainnya. Hanya saja, karena teknik ini dapat digunakan pada pendekatan yang
berbeda (baik kuantitatif maupun kualitatif), maka penggunaan analisis isi
tergantung pada kedua pendekatan itu. Penggunaan analisis isi untuk penelitian
kualitatif tidak jauh berbeda dengan pendekatan lainnya. Awal mula harus ada
fenomena komunikasi yang dapat diamati, dalam arti bahwa peneliti harus lebih
dulu dapat merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan semua tindkan
harus didasarkan pada tujuan tersebut.
Langkah berikutnya adalah memilih unit analisis yang akan di uji, memilih objek
penelitian yang menjadi sasaran analisis. Kalau objek penelitan berhubungan
dengan data-data verbal (hal ini umumnya ditemukan dalam analisis isi), maka
perlu disebutkan tempat, tanggal, dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun,
kalau objek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan dalam suatu media, perlu
di lakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu.
Penggunaan analisis isi dapat dilakukan sebagaimana pual W.Missing melakukan
studi tentang “The Voice of America”. Analisis isi didahului dengan melakukan
coding terhadap istilah-istilah atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan,
yang paling banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal pemberian coding,
perlu juga di catat konteks mana istilah itu muncul. Kemudian, dilakukan
klasifikasi terhadap coding yang telah dilakukan. Klasifikasi dilakukan dengan
melihat sejauh mana satauan makna berbungan dengan tujuan penelitian.
Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi.
Kemudian, satuan makna dan kategori dianalisis dan di cari hubungan satu dengan
lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis
ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian sebagaimana
umumnya laporan penelitian.
Beberapa Bentuk Klasifikasi
Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis menjelaskan
klasifikasi sebagai berikut:
- Analisis isi pragmatis, dimana
klasifikasi dilakukan terhadap tanda menurut sebab akibatnya yang mungkin.
Misalnya, berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan
munculnya sikap suka terhadap produk sikat gigi A.
- Analisis isi semantik, di
lakukan untuk mengklasifikasikan: tanda menurut maknanya. Analisis ini
terdiri dari tiga jenis sebagai berikut:
- Analisis penunjukan
(designation), menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu
(orang, benda, kelompok, atau konsep) dirujuk.
- Analisis penyifatan (attributions),
menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi dirujuk (misalnya
referensi kepada ketidakjujuran, kenakalan, penipuan, dan sebagainya).
- Analisis pernyataan
(assertions), menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu
dikarakteristikkan secara khusus. Analisis ini secara kasar di sebut
analisis tematik. Contohnya, referensi terhadap perilaku nyontek di
kalangan mahasiswa sebagai maling, pembohong dan sebagainya
- Analisis sarana tanda
(sign-vechile), dilakukan untuk mengklasifikasi isi pesan melalui sifat
psikofisik dari tanda, misalnya berapa kali kata cantik muncul, kata seks
muncul.
Dalam penelitian kualitatif,
penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol
yang ada pada komunikasi itu terbaca dalam interaksi sosial, dan bagimana
simbol-simbol itu terbaca dan dianalisis oleh peneliti. Dan sebagaimana
penelitian kualitatif lainnya, kredebilitas peneliti menjadi amat penting.
Analisis isi memerlukan peneliti yang mampu menggunakan ketajaman analisisnya
untuk merajut fenomena isi komunikasi menjadi fenomena sosial yang terbaca oleh
orang pada umumnya.
Dapat dipahami bahwa makna simbol dan interaksi amat majemuk sehingga
penafsiran ganda terhadap objek simbol tunggal umumnya menjadi fenomena umum
dalam penelitian sosial. Oleh karena itu , analisis isi menjadi tantangan
sangat besar bagi peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemahaman dasar
terhadap kultur dimana komunikasi itu terjadi amat penting. Kultur ini menjadi
muara yang luas terhadap berbagai macam bentuk komunikasi di masyarakat.
Pada penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualiatif,
teknik analisis data ini diangap sebagai teknik analisis data yang sering
digunakan. Namun selain itu pula, teknik analisis ini dipandang sebagai teknik
analisis data yang paling umum. Artinya, teknik ini adalah yang paling abstrak
untuk menganalisis data-data kualitatif. Content analysis berangkat dari
anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi
komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial. Deskripsi yang diberikan
para ahli sejak janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronso (1968)
tentang Content Anlysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas,
pendekatan sistematis, dan generalisasi.
Analisis isi sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja
atau logika analisis data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data
kuantitatif. Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang
tertentu, mengklasifikasikan data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu
serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula. Secara
lebih jelas, alur analisis dengan menggunakan Teknik Content Analysis.
Analisis Wacana
Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat
menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari
analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti.
Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab
“apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih
difokuskan BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masalah
Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Kegiatan penelitian didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis.
Penelitian harus rasional artinya penelitian ini dengan dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan dalam penelitian dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orange lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang
digunakan. Sedangkan sistematis adalah proses yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis, ada beberapa
langkah yang harus dilakukan peneliti dalam penelitiannya. Kesemua
langkah-langkah tersebut harus dilewati oleh peneliti, diantaranya yaitu teknik
dalam menganalisis data.
Dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas tentang tenik analisis data
yang terdiri dari teknik analisis kualitatif, analisis kuantitatif, statistic
deskriptif dan inferensial, statistic parametris dan non para metris.
I.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana teknik menganalisis data
dengan analisis kualitatif?
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan analisis kuantitatif?
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan statistic deskriptif dan
inferensial?
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan statistic parametris dan non para
metris?
I.3 Sistematika
Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
II.1 Analisis Kualitatif
II.2 Analisis Kuantitatif
II.3 Statistik Deskriptif dan Inferensial
II.4 Statistik Parametris dan Non Parametris
Bab III Penutup
III.1 Simpulan
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK ANALISIS DATA
Patton menjelaskan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar . Sedangkan menurut Taylor,
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji,
pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data
sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan
demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data
bermaksud pertama- tama mengorganisasikanm data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,
dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis
data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut
bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi
teori substantif.
Akirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses.
Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data
dilakukan dan dikerjakjan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan.
Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan
tenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan
masih perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk
menjastifikasikan adanya teori baru yang barangkali ditemukan.
II.1 Analisis Kualitatif
A. Definisi Analisis
Kualitatif
Analisis kualitatif adalah aktivitas
intensive yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas,
kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses
dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis
kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan
selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan
untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit,
mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif . Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan
secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama
memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola
tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk
kesimpulan yang masih bersifat tentatif.
Crabtree dan Miller (1992) mengamati ada banyak strategi analisis kualitatif.
Mereka sudah mengenal empat pola analisa utama yang lebih tepat sasaran,
sistematis, dan distandardisasi, dan pada ekstremum lain adalah satu model yang
lebih yang intuitif, hubungan, dan interpretive. empat prototypical model-model
yang mereka uraikan adalah sebagai berikut:
“Model Quasi-statistical”. Peneliti menggunakan statistik secara khas mulai
dengan pertimbangan analisa, dan menggunakan ide-ide untuk memilih jenis data.
Pendekatan ini adalah kadang dikenal sebagai analysis peneliti meninjau ulang
isi dari data naratif, mencari-cari tema atau kata tertentu yang telah
ditetapkan dalam suatu codebook. Hasil pencarian adalah informasi yang dapat
digerakkan secara statistik dan disebut Quasi statistik. Sebagai contoh, analis
dapat menghitung frekwensi kejadian dari tema-tema spesifik. Model ini adalah
serupa dengan pendekatan kwantitatif tradisional sampai melakukan analisa isi.
“Model Analisa Template”. Di model ini, peneliti mengkembangkan analisa cetakan
untuk data naratif yang digunakan. Unit-unit template adalah secara khas
perilaku-perilaku, kejadian, dan ungkapan ilmu bahasa. Template lebih mengalir
dan dapat menyesuaikan diri dibanding suatu codebook di dalam model Quasi
statistik. Peneliti dapat mulai dengan template bersifat elementer sebelum
mengumpulkan data, template mengalami revisi tetap sebanyak data dikumpulkan.
Analisa menghasilkan data. Model jenis ini adalah bisa dipastikan diadopsi oleh
peneliti yang biasa meneliti etnografi, etologi, analisa ceramah, dan
ethnoscience.
“Model Analisa Editing” . Peneliti menggunakan model editing bertindak sebagai
interpreter yang membaca sampai habis data mencari segmen-segmen penuh arti dan
unit-unit. Suatu ketika segmen ini dikenali dan ditinjau, interpreter
dikembangkan satu rencana pengelompokan dan kode-kode sesuai yang dapat
digunakan untuk memilih jenis dan mengorganisir data. Peneliti kemudian
mencari-cari struktur dan pola-pola yang menghubungkan kategori-kategori pokok.
Pendekatan teori yang khas menyertakan model ini. Peneliti-peneliti yang biasa
meneliti fenomenologi, hermeneutics, dan ethnomethodology menggunakan prosedur
pola analisa editing.
“Model Immersion/crystallisasi”. Model ini melibatkan pembaptisan total analis
di dalam dan cerminan bahan-bahan teks, menghasilkan satu kristalisasi data
yang intuitif. Terjemahan yang interpretive dan subjektif dicontohkan dalam
laporan kasus pribadi dari semi anekdot dan jumlah sedikit ditemui di dalam
literatur riset dibanding tiga model yang lain.
B. Sistematika Penelitian Kualitatif
Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
- Konteks Penelitian
- Fokus Kajian Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
Bab II Perspektif Teoritis
dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
- Pendekatan
- Batasan Istilah
- Unit Analisis
- Deskripsi Setting Penelitian
- Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Keabsahan data
Bab IV Hasil dan
pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran
C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang
dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan
penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu
pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang.
Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya
sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau
fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa
individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada
batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell
(1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang
alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche
(jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan
interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan
mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang
dikatakan oleh responden.
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk
sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan
atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi
di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu
proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded
theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks
peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok
sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku,
kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah
penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang
terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat
dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan
anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap
perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan
berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan
kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
D. Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple,
jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali
jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik
perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti
perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam
penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
E. Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal,
yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa
kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi
hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan
keabsahan data, yaitu:
1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa
kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail,
triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil
penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil
penelitian, yaitu:
- Memperpanjang masa pengamatan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa
mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan
untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri.
- Pengamatan yang terus menerus,
untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada
- hal-hal tersebut secara rinci.
- Triangulasi, pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
- Peer debriefing
(membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan
rekan-rekan sejawat.
- Mengadakan member check yaitu
dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan
pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya
pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
2. Transferabilitas yaitu apakah
hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan
peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep
ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya
dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan
dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian
dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan
tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
F. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu
konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti,
metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan
kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan
responden.
II.2 Analisis Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan
suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik.
Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori
oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan
ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset
ilmu sosial . Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala
yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus,
penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
Richard dan Cook mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan
kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF PARADIGMA KUANTITATIF
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif
Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman
tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.
Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan
(uncontrolled)
Bersifat subyektif
- Dekat dengan data; bertolak
dari perspektif dari “dalam” individu atau masyarakat yang diteliti.
- Penelitian bersifat mendasar
(grouned), ditujukan pada penemuan (discovery-oriented), menekankan pada
perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan induktif.
Berorientasi pada proses
- Valid; data bersifat
‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.
- Tidak dapat digeneralisasikan;
studi di atas kasus tunggal
Bersifat holistic
Mengasumsikan adanya realitas yang
bersifat dinamik Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari
gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
Bersifat obyektif
Jauh dari data; bertolak dari sudut
pandangan dari “luar”
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian
(verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis,
inferensial, deduktif-hipotetik.
Berorientasi pada hasil
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat
diulang
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat partikularistik
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
A. Langkah-Langkah
Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah memuat
hal-hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik
untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara
kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat
deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian
peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi:
a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari
bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi
dan kebutuhan zaman
e. Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan
bagi perkembangan ilmu.
2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa
yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi
atau teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih
c. Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu,
dan lain-lain.
d. Perumusan Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
e. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/
capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan
mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
f. Telaah Pustaka
1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan
hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
g. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian,
pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk
klasifikasi dan analisis data . Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori
yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti
sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat
dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya
tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori
tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam
landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua
variabel tersebut.
h. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa
merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah
pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan
populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
sampel penelitian.
i. Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari
sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana
dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang
abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya.
Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di
alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris,
atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional.
Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang
lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi
dua:
a. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
b. Variabel Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok
yaitu:
- Menentukan dimensi variabel
penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali memiliki lebih
dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat
diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
- Merumuskan dimensi variabel.
Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah
dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi.
- Menentukan tingkat ukuran yang
akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval,
atau ratio.
- Menguji tingkat validitas dan
reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang
baru.
Contoh yang bagus proses pengukuran
suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark yang mengembangkan suatu konsep
untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut pendapat mereka konsep
religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut :
- Ritual Involvement, yaitu
tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama
mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang
beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang
beragama Kristen.
- Ideologi Involvement, yaitu
tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama
mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang beragama percaya
tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain hal
yang sifatnya dogmatik.
- Intellectual Involvement,
sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa
jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya, apakah dia
mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama Islam.
bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca
buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama
lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa.
- Experiential Involvement, yaitu
dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang
merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang
pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah di apernah
merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan
lain-lain.
- Consequential Involvement,
yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotifikasikan
oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran agamanya di
dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi tetangganya
yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir
miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan
lain-lain.
Dimensi-dimensi yang disebut di atas
kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang
terhadap dimensi tingkat religiusitas.
II.3 Statistik Deskriptif
dan Inferensial
Statistika deskriptif adalah
statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Misalnya penyajian data menggunakan
table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean,
desil, persentil, rata-rata, standar defiasi, porsentasi, korelasi, dan regresi
tanpa pengujian signifikasi.
Statistika deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan
dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya menghitung
rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau
grafik), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut, sehingga
lebih mudah dibaca dan bermakna.
Statistika inferensial adalah teknik statistic untuk menganalisis data sampel
data dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data
sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan
dan kebenaran (kepercayaan). Bila peluang kesalahan sebesar 5 persen, maka
taraf kepercayaannya sebesar 95 persen. Ini disebut sebagai taraf signifikasi
yang mencerminkan kemampuan suatu sampel untuk dilakukan generalisasi terhadap
suatu populasi dengan taraf kesalahan tertentu. Dengan menggunakan uji t dan
uji F diperoleh taraf signifikasi tertentu.
Statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan
pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian
hipotesis, melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau
prediksi), membuat permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu),
dan sebagainya.
II.4 Statistik Parametris
dan Non Parametris
a) Statistika Parametris
Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.
Ukuran uji dalam Statistik parametris antara lain :
– T-test
– Anova
– Korelasi.
Contoh :
– Rumusan masalah : berapa rata-rata penayangan iklan di TV ?
– Hypotesis : rata-rata penayangan iklan di TV paling lama 120 menit.
– Uji hypoteis : t-test
b) Statistika Non Parametris
Statistik non parametris digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya
berbentuk nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi
data harus normal. Sehingga kita kenal beberapa tes yang digunakan dalam
penelitian hipotesis antara lain :
Test binomial
Tes binomial digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas
dua kelompok kelas, datanya berbentuk nominal dan jum,lha sampelnya kecilnya
(kurang dari 25).
Chi kuadrat
Chi kuadrat satu sampel, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebi kelas, data
berbentuk nominal dan smapelnya besar. yang dimaksud hipotesis deskriptif
diatas adlah merupakan estimasi gugaan terhadap ada tidaknya perbedaan
frekuensi anatra kategori satu dan kategori lainnya dalam sebuah sampel tentang
suatu hal.
Run test
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel, bial datanya
berbentuk ordina. pengujian dilakukan dengan dengancara mengukur kerandoman
populasi yang didasarkan atas data hasil pengamatan melalui data sampel.
McNemar Test
Teknik statistik digunakan untk mengji hipotesa komparatif dua sampel yang
berkorelasi bila datanya berbentuk nominal/diskrit. dancangan peneitianya biasanya
bebentuk before after. jadi hipotesa penelitian merupakan perbandaingan antara
nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan.
Sign Test
test ini digunakan untuk menguji hipotesa komparatif dua sampel yang
berkorelasi, bila datanya berbentuk ordinal. teknik ini dianamakan uji tanda
karena data yang akan dianalisis dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda yaitu
tanda positif dan negatif.
Wilcoxon Match Pairs Test
Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test). kalau dalam uji
tnada besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif tidak
diperhitungkan sedangkan dlaam uji wilcoxon ini diperhitungkan, teknik
digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang
berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal.
Chi kuadrat dua sampel
Chi kuadrat dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua smapel
bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. cara perhitungan dapat
menggunakan rumus yang telah ada atau dapat menggunakan tabel kontingensi 2×2.
Fisher Exact Probability Test
Test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel
kecil independen bila datanya berbentuk nominal untuk sampel yang besar
duigunakan chi kuadrat.
Test median
Tes median digunakan untuk menguji signifikansi hipoteis komparatif dua smapel
independen bila datanya bernbentuk nominal atau ordinal. pengjuijan didasarkaan
atas median dari smapel yang diambil secara random. dengan demikian Ho yang
akan diuji berbunyi : tidak terdapat perbedaan dua kelompok populasi
berdasarkan mediannya.
Mann-Whitney U-Test
U-test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel
independen bila datanya berbentuk ordinal test ini merupakan test yang terbaik
untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel indenden bila datanya berbentuk
ordinal.
Test Kolmogorov-Smirnov dua sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen
bila datanya bernetuk ordinal yang telah tersusun pada tabel distribusi
frekuensi kumulatif dengan menggunakan kela-kelas interval.
Test Run
Wald-Wolfowitz
Tes ini dibgunakan untuk meguji
signifikasin hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk
ordinal dan disusun dalam bentuk run. oleh karena itu sebelum dtaa dua sampel
(n1 + n2) dianalisis maka perlu disusun terlebih dahulu kedlaam bentuk ranking.
Test Cochran
Tes ini digunakan untuk hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya
benrbnuk nominal dan frekuensi dikotomi.
Test Friedman
Friedman two way anova (analisi varian dua jalan Friedman) digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasanga (related) bila datany
aberebntuk ordinal (ranking), bila datany terkumpul berbntuk interval atau
ratio maka data tersebut diubah kedalam ordinal.
Chi-kuadrat k Sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif lebih dari dua sample,
bila datanya benrbntuk diskrit atau nominal.
Median Extention
test median extension digunakan untuk menguji hipotesis komparatif median k
sampel independen bila datanya berbentuk ordinal dan dalam tes ini ukuran
sampel tidak harus sama.
Analisis Varian satu jalan Kruskal-Walls
teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis k sampel inedependen bila datanya
berbentuk ordinal. bila dalam pengukuran ditemukan data berbentuk interval atau
ratio maka perlu dirubah dulu kedlam ordinal (data berbentukr
anking/peringkat).
Koefiisen Kontingensi
koefisien ini digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya
berbentuk nominal. teknik mempunyai kaitan eratdengan chi kuadrat yang
digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen, oleh karena
itu rumus yang digunakan mengandung nilai cjhi kuadrat.
Korelasi Spearman Rank
Korelasi spearman rank digunakan mencari hubungan atau uji signifikansi
hipotesisi asosiatif bila amsing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk
ordinal dan sumber data aantar variabel tidak harus sama.
Korelasi Kendal Tau
Sepertinya dalam korelasi spearman
rank, korlasi kendal tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis
antara dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau ranking
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Teknik analisis data dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu analisis kualitaif, analisis kuantitatif, statistic
deskriptif dan inferensial, serta statistic parametris dan non parametris.
Keempat cara tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Seorang peneliti dapat memilih cara apa yang akan dia lakukan dalam
menganalisis datanya. Cara memilih teknik analisis apa yang akan dia gunakan
yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tema apa yang akan peneliti angkat
dalam penelitiannya.
Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage
Publications, Inc: California.
kuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita
dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang digunakan secara ilmiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah ini berarti
penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Stubbs menjelaskan
bahwa analisis wacana menekankan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial,
khususnya dalam interaksi antar penutur. Senada dengan itu, cocok dalam hal ini
menyatakan bahwa analisis wacana itu merupakan kajian yang membahas tentang
wacana, sedangkan wacana itu adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.
Menurut Stubbs (Arifin,2000:8).
Analisis wacana dalam Sobur ( 2006:48) adalah studi tentang struktur pesan pada
dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, telaah mengenai aneka fungsi (prakmatik)
bahasa. Kajian tentang pembahasaan realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa
yang tampak dalam teks atau tuklisan, situasi dan kondisi (konteks) seperti apa
bahasa tersebut diujarkan akan membedakan makna subyektif atau makna dalam
perspektif mereka.
Crigler (1996) dalam Sobur (2006 : 72) mengemukakan bahwa analisis wacana
termasuk dalam pendekatan konstruktionis. Ada dua karakteristik penting dari
pendekatan konstruksionis yaitu :
- Pendekatan konstruksionis
menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat
gambaran tentang realitas politik.
- Pendekatan konstruksionis
memandang kegiatan komunikasi sebagai suatu proses yang terus menerus dan
dinamis. Dari sisi sumber (komunikator), pendekatan konstruksionis
memeriksa pembentukan bagaimana pesan ditampilkan, dan dari sisi penerima
ia memeriksa bagaimana konstruksi individu ketika menerima pesan.
Kembali pada anilsa wacana yang
sesungguhnya berusaha memahami bagaimana realitas dibingkai, direproduksi dan
didistribusikan ke khalayak. Analisis ini bekerja menggali praktek-praktek
bahasa di balik teks untuk menemukan posisi ideologis dari narasi dan
menghubungkannya dengan struktur yang lebih luas.
Dengan demikian analisis wacana merupakan salah satu model analisa kritis yang
memperkaya pandangan khalayak bahwa ada keterkaitan antara produk media,
ekonomi dan politik. Keterkaitan ini dapat dimunculkan pada saat analisis
wacana bergerak menuju pertanyaan bagaimana bahasa bekerja dalam sebuah konteks
dan mengapa bahasa digunakan dalam sebuah konteks dan bukan untuk konteks yang
lain.
Pada dasarnya ada beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan
analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. Analisis wacana
lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi
kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks
daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi
kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat
manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang
bersifat latent (tersembunyi).
Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan”
(what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). Analisis
wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi
kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.
Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan
luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.
Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan
dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Eco, ada sembilan
belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik,
yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan,
kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik,
kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal,
kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya
Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa
mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi
periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada
musik.
Berkenaan dengan hal tersebut, analisis semiotik merupakan upaya untuk
mempelajari linguistik-bahasa dan lebih luas dari hal tersebut adalah semua
perilaku manusia yang membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Bahasa merupakan
bagian linguistik, dan linguistik merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam
semiologi. Selain bahasa yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu,
pemikiran tertentu atau makna tertentu, obyek semiotika juga mempelajari pada
masalah-masalah non linguistik.
Salah seorang sarjana yang secara konservatif menjabarkan teori De de Saussure
ialah Roland Barthes (1915 – 1980) . Ia menerapkan model Ferdinand De Saussure
dalam penelitiannya tentang karya -karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan,
seperti mode pakaian. Bagi Barthes komponen – komponen tanda penanda – petanda
terdapat juga pada tanda -tanda bukan bahasa antara lainterdapat pada bentuk
mite yakni keseluruhan si stem citra dan kepercayaan yang dibentukmasyarakat
untuk memp-ertahankan dan menonjolkan identitasnya (de Saussure,1988).
Selanjutnya Barthes (1957 dalam de Saussure) menggunakan teori signifiant –
signifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabaha sa dan konotasi.
Istilah signifiant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun
Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) ter-tentu,
sehingga membentuk tanda ( sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang
tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda.
Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga
ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengem-bangan ini disebut sebagai
gejala meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy).
Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan dengan
istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangan
-nya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi dise but
metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi
sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham
kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi
pemahamannya.
Macam-macam Semiotik
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita
kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004) . Jenis -jenis semiotik ini antara
lain semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural,
normatif, sosial, struktural.
- Semiotik analitik merupakan
semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik
berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide
dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang
terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
- Semiotik deskriptif adalah
semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang
meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang.
- Semiotik faunal zoosemiotic
merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan
oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah
system tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat.
- Semiotik naratif adalah
semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan c
erita lisan (folklore).
- Semiotik natural atau semiotik
yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik
normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat
oleh manusia yang berwujud norma-norma.
- Semiotik sosial merupakan
semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia
yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambing rangkaian kata
berupa kalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah
system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Analisis Framing
Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media (Eriyanto,
2005, p.3) . Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan
sosiologis. Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang
memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada
bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Analisis Framing sendiri juga
merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana
persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis Framing juga dikenal sebagai konsep bingkai, yaitu gagasan sentral
yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol
berupa framing device dan reasoning device. Framing device menunjuk pada
penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan “julukan” pada satu wacana,
sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat. Di dalamnya
terdapat beberapa ‘turunan’, yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian.
Catchphrases merupakan slogan-slogan yang harus dikerjakan. Exemplar mengaitkan
bingkai dengan contoh, teori atau pengalaman masa silam. Depiction adalah
“musuh yang harus dilawan bersama”, dan visual image adalah gambar-gambar yang
mendukung bingkai secara keseluruhan. Pada instrumen penalaran, Roots
memperlihatkan analisis sebab-akibat, Appeals to principles merupakan premis atau
klaim moral, dan Consequences merupakan kesimpulan logika penalaran.
Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan
Gerald M Kosicki
Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni
pertama, problem identifications yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai
positif atau negatif apa, causal interpretations yaitu identifikasi penyebab
masalah siapa yang dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu
menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang memprediksikan
penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas penyebab
masalah.
Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan
konsep sosiologis yaitu :
- Dalam konsep psikologis,
framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus
dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih
menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi
lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan
tentang realitas.
- Sedangkan konsep sosiologis
framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan,
mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti
dirinya dan realitas diluar dirinya Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M
Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan.
Secara umum konsepsi psikologis
melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi
sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi
seseorang. Dalam model ini, perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat
struktur besar, yaitu sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum
berita), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam
berita), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas
peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubungan hubungan kalimat
yang memberntuk teks secara keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana
menekankan arti tententu dalam berita)
Analisa Kebijakan Redaksional
Kebijakan sendiri merujuk pada tiga hal yakni sudut pandang (point of view);
rangkaian tindakan (series of actions) dan peraturan (regulations). Ketiga hal
tersebut menjadi pedoman bagi para pengambil keputusan untuk menjalankan sebuah
kebijakan. Dan seorang Redaktur merupakan suatu pimpinan sekaligus penanggung
jawab dalam suatu media. Oleh karenanya Analisa Kebijakan Redaktur merupakan
suatu proses analisa mengenai kebijakan redaktur dalam proses penerbitan suatu
media.
Dalam proses analisa kebijakan, terdapat dua pendekatan yaitu:
- Analisis proses kebijakan
(analysis of policy process), dimana dalam pendekatan ini, analisis
dilakukan atas proses perumusan, penentuan agenda, pengambilan keputusan,
adopsi, implementasi dan evaluasi dalam proses kebijakan. Jika dilihat
dari item analisisnya, pendekatan ini lebih melihat kandungan (content)
sebuah proses kebijakan.
- Analisis dalam dan untuk proses
kebijakan (analysis in and for policy process), dimana dalam pendekatan
ini, analisis dilakukan atas teknik analisis, riset, advokasi dalam sebuah
proses kebijakan. Nampaknya, pendekatan ini cenderung melihat prosedur
proses kebijakan. Hasil analisis kebijakan adalah informasi yang relevan
bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan kebijakan. Analisis bisa dilakukan
pada semua tahap proses kebijakan Analisis pada tahap selanjutnya mencakup
interpretasi dan sosialisasi kebijakan, merencanakan serta menyusun
kegiatan implementasi kebijakan. Hasil analisis pada tahap ini adalah aksi
kebijakan (policy action).
- Analisis berikutnya adalah
evaluasi implementasi kebijakan dengan memperhatikan tingkat kinerja dan
dampak sebuah implementasi kebijakan. Hasil analisisnya berupa informasi
kinerja yang akan menjadi dasar tindakan apakah kebijakan tersebut akan
diteruskan atau sebaliknya.
Tipe Analisis Kebijakan
Tipe analisis kebijakan dikategorikan menjadi dua tipe yaitu:
- Tipe analisis akademis. Tipe
analisis ini berfokus pada hubungan antara faktor determinan utama dengan
isi kebijakan dan berusaha untuk menjelaskan hakikat, karakteristik dan
profil kebijakan dan bersifat komparatif baik dari segi waktu maupun segi
subtansi.
- Tipe analisis terapan. Tipe
analisis ini lebih memfokuskan diri pada hubungan isi kebijakan dengan
dampak kebijakan serta lebih berorientasi pada evaluasi kebijakan dan bertujuan
untuk menemukan alternatif lebih baik dan bisa menggantikan kebijakan yang
sedang dianalisis.
Elemen dalam Kebijakan yang Menjadi target analisis
Terdapat tiga elemen dalam kebijakan yang menjadi target analisis, yakni:
1. faktor determinan utama;
2. isi kebijakan; dan
3. dampak kebijakan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Analisa Korelasional
Analisa Korelasional adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Analisa korelasional/hubungan/assosiasi dapat
dikatakan merupakan pengembangan dari analisa deskriptif (untuk selanjutnya
baca : deskriptif-kuantitatif), kalau dalam penelitia deskriptif kita
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, menyusunya dengan sistematis, kita
analisa dengan cermat dan yang dideskripsikan dalam analisis penelitian adalah
variabel-variabel penelitian, situasi dan kondisi yang melingkupinya.
Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar
gejala (variabel), hubungan tersebut positif atau negatif dan seberapa erat
hubungan antar gejala tersebut.
Misalnya pengusaha ingin mengetahui hubungan antara muatan informasi
(kecukupan/kekurangan informasi) dan kebutuhan akan informasi, Divisi Humas
ingin mengetahui hubungan antara kualitas media (daya tarik untuk dibaca,
sesuai dengan kebutuhan, terpercaya, mudah dipahami, lengkap dan jelas dsb) dan
motif pengunaan media, dosen ingin mengetahui hubungan antara pemberian tugas
dengan prestasi mahasiswa dsb.
Terdapat beberapa perbedaan yang membedakan Analisa Korelasional dan Analisa
Deskriptif yaitu bahwa dalam analisa deskriptif tidak membahas tentang hubungan
antar variabel, sedangkan kalau kita lihat dari jenis datanya sama, yang
membedakan adalah sifat-sifat analisanya, analisa deskripsi mendeskripsikan
variabel dan karakteristik responden, sedangkan analisa korelasional meneliti
bagaimana untuk memperoleh kejelasan ada tidaknya hubungan antar variabel dan
karakteristik responden seperti apa dalam konteks penelitian tersebut.
Statistik deskripsi tidak berupaya adanya generalisasi data sampel terhadap
populasi, sedangkan analisis korelasional selain mendesripsikan data sampel,
peneli ingin memperoleh kesimpulan apakah korelasi (yang sebenarnya data
sampel) tersebut juga berlaku pada populasi (dengan uji signifikansi).
Perbedaan tersebut dapat terlihat dari analisa deskriptif kita mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya, menyusunya dengan sistematis, kita analisa dengan
cermat dan yang dideskripsikan dalam analisis penelitian adalah
variabel-variabel penelitian, situasi dan kondisi yang melingkupinya. Analisa
korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar gejala
(variabel), hubungan tersebut positif atau negatif dan seberapa erat hubungan
antar gejala tersebut. Misalnya pengusaha ingin mengetahui hubungan antara
muatan informasi (kecukupan/kekurangan informasi) dan kebutuhan akan informasi,
Divisi Humas ingin mengetahui hubungan antara kualitas media (daya tarik untuk
dibaca, sesuai dengan kebutuhan, terpercaya, mudah dipahami, lengkap dan jelas
dsb) dan motif pengunaan media, dosen ingin mengetahui hubungan antara
pemberian tugas dengan prestasi mahasiswa dsb.
Statistik deskripsi tidak berupaya adanya generalisasi data sampel terhadap
populasi, sedangkan analisis korelasional selain mendesripsikan data sampel,
peneli ingin memperoleh kesimpulan apakah korelasi (yang sebenarnya data
sampel) tersebut juga berlaku pada populasi (dengan uji signifikansi).
Penelitian korelasi (secara statistik) menunjukkan adanya ko-variasi (sebaran
data yang sama) antar variabel, apakah variasi-variasi pada satu faktor
berkaitan dengan variasi pada faktor yang lain, yang mana hubungan tersebut
kemungkinan merupakan :
- “ ko-variasi antar variabel
dari penyebab (dependen) yang sama”
- “ko-variasi antar variabel akibat
(independent)” , atau
- atau mungkin korelasi tersebut
sifatnya “hanya kebetulan saja”. Untuk memperoleh informasi yang akurat
tentang dugaan hubungan antar variabel tersebut dapat perpedoman pada
teori (konsep dan proposisi), model, atau melakukan penelitian secara
intensif dan mendalam.
Penelitian asosiasi atau korelasi
sering dikaburkan dengan penelitian/analisis causal (sebab-akibat), korelasi
yang kuat dianggap adanya hubungan sebab-akibat. Hubungan kausal dapat
diinterpretasikan pasti “ada hubungan” yang sifatnya kausalitas, tetapi kalau
“ada hubungan” belum tentu adanya kausalitas. Kita sering terjebak dengan
proses berfikir yang nampaknya logis atau cara berfikir linier, hal inilah yang
perlu dicermati, khususnya dalam perumusan masalah. Jika ada kesalahan dalam
membuat perumusan masalah, alih-alih pertanyaan yang salah tentang obyek yang
kita teliti tidak akan menghasilkan jawaban yang benar.
Sebagai Contoh, pernyataan :
- Pengaruh “kemampuan membaca”
terhadap “lamanya belajar Mahasiswa”
- Hubungan antara “kemampuan
membaca”dengan “lamanya belajar Mahasiswa”
- Pengaruh “kemampuan membaca”
dan “lamanya belajar Mahasiswa” terhadap “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
tentang Metode Penelitian Komunikasi”.
Adanya hubungan antara “kemampuan
membaca” dan “lamanya belajar” jangan diinterpretasikan bahwa “lamanya belajar”
disebabkan oleh “kemampuan membaca”. Atau “Lamanya Belajar” diakibatkan oleh “
Kemampuan membaca”. Mahasiswa yang “lama belajar” belum tentu atau bukan karena
“kemampuan membacanya yang kurang”, tetapi (diduga) karena akan mengikuti UTS,
karena ingin bisa, lagi tertarik dsb. Bandingkan dengan; Pengaruh “kemampuan
membaca” dan “ lamanya belajar” terhadap “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang
Metode Penelitian Komunikasi”.
Jika kita perhatikan dengan seksama, dari ketiga pernyataan tersebut yang
secara logika mana yang lebih dapat diterima dan benar. Dengan demikian tipe
hubungan antar variabel dalam penelitian korelasional adalah hubungan simetri,
adalah jenis hubungan antar variabel yang mana suatu variabel yang satu tidak
disebabkan oleh variabel yang lain atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang
lain.
Hal ini dapat terjadi apabila :
- Kedua variabel tersebut
merupakan dimensi/indikator untuk konsep yang sama, misalnya : Hubungan
antara frekuensi penggunaan media, durasi (lama), pilihan jenis media dan
jenis isi sebagai indikator dari pola penggunaan media dsb.
- Sebagai akibat dari faktor yang
sama, Misalnya; Penguasaan materi, lulus mata kuliah, IP bagus sebagai
akibat yang sama karena rajin membaca/belajar dsb.
- Berkaitan secara fungsional,
apabila keberadaan sesuatu hal diikuti oleh keberadaan yang lainnya atau
sebaliknya. Misalnya : ada mahasiswa ada dosen, ada asap – ada api, ada
pekerja – ada majikan, ada pimpinan – ada bawahan, dsb.
- Hubungan yang sifatnya
kebetulan saja. Misalnya; hubungan mimpi buruk dengan kehilangan HP,
hubungan berkokok-nya ayam dengan terbitnya matahari, dsb.
Analisis Data dalam
Analisa Korelasional
Dalam melakukan analisis data yang perlu diperhatikan adalah :
- Masalah dan Tujuan penelitian;
- Hubungan antar variabel
(hipotesis penelitian) yang dalam analisa statistik sebagai hipotesis
statistik (Ho dan H1);
- Jenis informasi dan jenis data;
apakah data yang kita peroleh sebagai data nominal, ordinal, interval atau
rasio;
- Kesesuaian antara jenis data
dengan jenis analisa statistik yang digunakan;
- Taraf signifikansi (α) atau
tingkat kepercayaan (1- α);
- Berbagai variasi analisis data
berdasarkan kebutuhan dsb. Alat analisis korelasi digunakan untuk
mengetahui hubungan dua atau lebih variabel. Korelasi antar dua variabel
disebut korelasi sederhana, dan korelasi lebih dari dua variabel disebut
korelasi berganda (multiple Correlation). Sehingga alat anlisa ada rumus
untuk menghitung korelasi sederhana dan berganda.
Berbagai variasi alat analisa
korelasi tergantung dari hubungan antar variabel dan jenis data, apakah
nominal, ordinal atau interval dan tujuan penelitian kita.
Daftar Pustaka:
Al Rasyid, Harun, 2000, Hand out Statistik Sosial,
PPS UNPAD, Bandung.
Alex Sobur, Analis is Teks Media…..hal 172
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media
group, hlm. 155 – 156.
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media
group, hlm. 156 – 159.
Dajan, Anto, 1996, Pengantar Statistik Jilid I, LP3ES, Jakarta.
Dajan, Anto,1996, Pengantar Statistik Jilid II, LP3ES, Jakarta .
Kriyantono, Rachmat, 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana
prenada media group, hlm.247-251
Rakhmat ,Jalaludin, 1999, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung .
Sudradjat M,2002, Metode Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, UNPAD Bandung.
Wimmer D. Roger, 1987, Mass Media Research, Wadsworth Publisher Company,
Belmont, California .
Sumber Buku Metode Penelitian Komunikasi Karya Bambang Setiawan